Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Fenomena Kebakaran: Proses Terjadinya Kebakaran dan K3 Penanggulangan Kebakaran

Fenomena Kebakaran: Proses Terjadinya Kebakaran dan K3 Penanggulangan Kebakaran - Kebakaran adalah fenomena yang sering kali merugikan dan bahkan dapat membahayakan kehidupan manusia serta harta benda. Untuk memahami cara terjadinya kebakaran, diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai proses-proses yang terlibat. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tahap-tahap utama dari proses terjadinya kebakaran, dari munculnya sumber panas hingga bagaimana api bisa membara ketika terjadi kebakaran.

Fenomena Kebakaran

Fenomena Kebakaran: Proses Terjadinya Kebakaran dan K3 Penanggulangan Kebakaran

Pada Fenomena Kebakaran, sering kali tidak diketahui kapan dan awal terjadinya api, tetapi pasti terdapat sumber penyebab (energi aktivasi) yang menyebabkan timbulnya nyala api atau dalam hal ini terdapat source energy (sumber panas) yang tidak terkendali.

Proses terjadinya kebakaran dimulai dengan adanya sumber panas. Sumber panas ini bisa berasal dari berbagai sumber seperti korek api, kabel kelistrikan yang korsleting, hubungan pendek pada peralatan elektronik, atau bahkan proses alami seperti kilatan petir. Sumber panas ini menciptakan energi termal yang dapat memulai reaksi kimia yang mengarah pada terjadinya kebakaran

Kadang kala dalam fenomena kebakaran source energy yang tidak terkendali ini kontak dengan bahan-bahan (material) yang mudah terbakar yang biasa kita sebut sebagai bahan bakar. Bahan bakar ini ada banyak jenisnya apa itu bahan padat, cair maupun gas. Contoh bahan bakar meliputi kayu, kertas, minyak, gas, dan bahan kimia tertentu. Ketika bahan yang mudah terbakar ini bersentuhan dengan sumber panas, maka reaksi kimia yang disebut oksidasi terjadi. Oksidasi adalah reaksi di mana bahan bakar bereaksi dengan oksigen di udara, melepaskan panas dan cahaya. Hal ini akan membuat terjadinya penyalaan tahap awal (initiation) yang bermula dari sumber api yang relatif kecil.

Nah sayangnya pada saat ini biasanya karena apinya kecil, maka periode awal pembakaran ini kadang kali tidak terdeteksi, karna tidak terdeteksi inilah yang membuat api akan melahap material lain dan membuat nyala api semakin besar (proses growth) jika hal ini terjadi maka api akan semakin menjalar bila ada media disekelilingya.

Intensitas nyala api meningkat dan akan menyebarkan panas ke semua arah secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Butuh waktu kira-kira 3-10 menit bagi api untuk mencapai suhu lebih dari 300 derajat celcius. Suhu tinggi ini akan membuat terjadinya penyalaan serentak (Flash Over) yang biasanya ditandai dengan pecahnya kaca.

Setelah flash over, nyala api akan membara yang disebut dengan periode kebakaran mantap (stedy). Temperatur pada saat kebakaran penuh ini dapat mencapai 600- 1000 derajat celcius.

Tahukah kamu bahwa bangunan dengan struktur dengan konstruksi baja tidak akan dapat menahan panas ini. Karena bangunan dengan konstruksi tersebut akan runtuh pada temperatur 700 derajat celcius. Sedangkan bangunan dengan konstruksi beton bertulang setelah terjadi kebakaran lebih dari 7 jam dianggap tidak layak lagi untuk digunakan.

Setelah melampaui puncak pembakaran, maka akan terjadi Fasa Padam (Extinction Phase). Fasa ini terjadi ketika pasokan bahan bakar, oksigen, atau panas terbatas. Intensitas nyala api akan berkurang dan berangsur angsur api akan padam. Periode ini disebut juga periode surut (decay).

Prinsip Teknik Memadamkan API

Fenomena Kebakaran: Proses Terjadinya Kebakaran dan K3 Penanggulangan Kebakaran

Pada dasarnya api bisa terbentuk karena adanya reaksi cepat antara unsur-unsur karbon dan oksigen di udara kemudian dinyalakan sampai pada titik nyalanya. Pada kondisi ini berdasarkan segitiga api maka dibutuhkan bahan bakar, oksigen dan sumber panas.

Sesuai dengan teori segita api tersebut maka, bisa kita aplikasikan, ketika kita akan memadamkan api, kita hanya perlu menghilangkan salah satu dari interaksi 3 komponen tersebut agar tidak terjadi reaksi kimia pembakaran yang menimbulkan panas dan cahaya.

Setidaknya ada 4 prinsip yang bisa kalian pakai untuk memadamkan api ketika terjadi kebakaran.

  1. Prinsip mendinginkan (Cooling), misalnya dengan menyemprotkan air
  2. Prinsip menutup bahan yang terbakar ( Starvation) misalnya menutup dengan busa
  3. Prinsip mengurangi oksigen (delution), misalnya dengan menyemprotkan CO2
  4. Prinsip memutuskan rantai reaksi api dengan media kimia

Penerapan prinsip-prinsip diatas tidak bisa disamaratakan, harus disesuaikan dengan kategori kebakaran (Api kelas A, B, C, D, E) atau disesuaikan dengan jenis bahan yang terbakar. Dengan mengetahui klasifikasi api, kalian bisa menggunakan metoda yang cocok untuk memadamkan api, tanpa menimbulkan masalah lain karena fakto ketidaktahuan.

Jika kebakaran tidak terlalu besar kalian dapat menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang biasa disediakan di banyak tempat. Namun tetap saja dalam menggunakan APAR juga kalian harus bisa menentukan dengan tepat APAR yang sesuai untuk memadamkan nyala api.

Sekian pembahasan mengenai Fenomena Kebakaran: Proses Terjadinya Kebakaran dan K3 Penanggulangan Kebakaran, baca juga artikel lain seputar ergonomi& K3 di ilmuvokasi.com

Post a Comment for "Fenomena Kebakaran: Proses Terjadinya Kebakaran dan K3 Penanggulangan Kebakaran"